Jakarta
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menemukan fakta baru terkait dengan masifnya kampanye hitam soal produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di Uni Eropa.
Fakta baru itu terkuak ketika Darmin melakukan lawatan ke Brussels, Belgia untuk menindaklanjuti aturan diskriminasi yang dibuat Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit tanah air.
Darmin mengatakan, fakta baru yang ditemukan adalah biaya kampanye hitam kelapa sawit lima kali lipat lebih besar dari biaya promosi atau iklan Coca-Cola.
Dari fakta tersebut, Darmin menyimpulkan bahwa ada gap atau rentang persepsi yang besar terhadap produk kelapa sawit maupun kebijakan pengembangannya.
"Dari diskusi berkali menemukan memang pemahaman mereka di sana dengan fakta yang menurut kita ada, itu gap-nya besar. Kampanye mengenai kelapa sawit, kampanye hitam memang sudah berjalan lama dan masif," ujar dia.
Sehingga, masyarakat Uni Eropa karakter mengenai kelapa sawit sudah terbentuk. Baik di parlemen, konsumen, maupun masyarakatnya.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang berjuang agar delegated act kebijakan renewable energy directive II (RED II) batal diterapkan oleh parlemen Uni Eropa. Pasalnya, kebijakan yang dibuat oleh komisi Eropa hanya dilakukan secara sepihak.
Sehingga, menyebut bahwa produksi kelapa sawit memiliki risiko karena bisa mengakibatkan deforestasi atau penggundulan hutan akibat alih fungsi menjadi lahan sawit.
Padahal, kata Darmin, penggunaan lahan soybean dan sunflower sembilan kali lebih besar dari lahan yang digunakan untuk kelapa sawit. Bahkan, produktivitas minyak kelapa sawit untuk setiap hektarnya 10 kali lebih besar dari minyak nabati yang dihasilkan dari soybean, sunflower, rapeseed.
"Itu menunjukkan bahwa memang persepsi mengenai kelapa sawit itu sudah terbentuk di sana, bukan hanya di parlemen, tapi juga di konsumen dan maysarakatnya," ujar dia.
(hek/fdl)
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar