Selasa, 16 April 2019

PBB: Kasus Campak di Seluruh Dunia Meningkat 3 Kali Lipat pada 2019 - iNews

Nathania Riris Michico · Selasa, 16 April 2019 - 15:18 WIB

PBB: Kasus Campak di Seluruh Dunia Meningkat 3 Kali Lipat pada 2019

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka terbaru kasus campak menggambarkan "kondisi yang mengkhawatirkan". (FOTO: GETTY IMAGES)

NEW YORK, iNews.id - Jumlah kasus campak tiga bulan pertama 2019 di seluruh dunia dilaporkan meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Informasi itu berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Badan milik PBB itu menyatakan, data sementara menunjukkan tren nyata, dengan seluruh wilayah di dunia mengalami wabah tersebut. Afrika mengalami peningkatan paling signifikan -hingga 700 persen.

WHO mengungkapkan bahwa angka sebenarnya bisa jadi lebih besar, karena secara global, hanya satu dari 10 kasus yang dilaporkan.

Campak merupakan penyakit virus yang sangat menular yang terkadang dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius, termasuk infeksi paru-paru dan otak.

Ukraina, Madagaskar, dan India merupakan negara yang terdampak paling buruk, dengan puluhan ribu kasus tercatat untuk setiap satu juta penduduknya.

Sejak September, setidaknya 800 orang meninggal dunia akibat campak di Madagaskar.

Wabah campak juga menyerang Brazil, Pakistan dan Yaman.

"Menyebabkan banyak kematian -sebagian besar anak-anak," lapor PBB, seperti dikutip BBC, Selasa (16/4/2019).

Campak merupakan salah satu virus paling menular yang ada. Kendati demikian, tak ada yang berubah dari campak.

Dia tidak bermutasi menjadi virus yang lebih menular atau berbahaya. Jawabannya justru ada pada manusia itu sendiri.

Ada dua cerita di sini - yang satu tentang kemiskinan, yang satu tentang misinformasi. Di negara-negara miskin, lebih sedikit orang menjalani vaksinasi, sehingga sebagian besar populasinya rentan terhadap virus itu.

Hal ini menciptakan situasi bagi wabah terjadi, misalnya seperti mereka yang hidup di Republik Demokratik Kongo, Kyrgyztan, dan Madagaskar.

Akan tetapi, negara-negara yang lebih sejahtera dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga mengalami peningkatan kasus campak. Hal ini karena sekelompok orang lebih memilih untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka karena terpengaruh persebaran pesan anti-vaksin yang tidak benar di media sosial.

Perlu dicatat bahwa angka jumlah kasus campak tersebut hanya sementara. Menurut WHO, bisa saja angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Campak sendiri sangat merugikan. Bahkan, penyakit itu membunuh sekitar 100 ribu orang, kebanyakan anak-anak, setiap tahunnya.

"Hal ini bisa dimengerti, di tengah situasi seperti sekarang ini, bagaimana orangtua khawatir akan kesehatan anak-anaknya bisa merasa tersesat, tetapi pada akhirnya, tidak ada yang perlu diperdebatkan jika menyangkut manfaat yang besar dari vaksin," sebut pemimpin WHO.

"Lebih dari 20 juta jiwa diselamatkan lewat vaksin campak sejak pada 2000."

Sebagai respons terhadap wabah campak, sejumlah negara membuat peraturan untuk mewajibkan imunisasi.

Bulan lalu, Italia melarang anak-anak di bawah usia enam tahun bersekolah kecuali mereka sudah divaksin cacar air, campak, dan penyakit lainnya.

Situasi darurat kesehatan masyarakat juga diberlakukan di kawasan New York, meminta seluruh penduduk untuk menjalani vaksinasi atau dikenai sanksi.

Editor : Nathania Riris Michico


Read More

Tidak ada komentar:

Posting Komentar