Jakarta, CNBC Indonesia
-
Tarif listrikkembali jadi isu hangat setelah salah satu calon presiden menjanjikan penurunan tarif sebanyak 20% jika terpilih nanti.
Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan itu bukan hal yang mustahil. Demikian disampaikan Jonan saat ditemui di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (11/4/2019).
"Menurut saya bisa tapi harus tingkatkan subsidi. Nambah hampir dua kali lipat, sekitar Rp 50 triliun hingga Rp 60 triliun," kata Jonan.
"Itu mau untuk subsidi atau pembangunan. Pilihan setiap pemerintahan maunya bagaimana, apa mau bangun jalan lagi, bangun kelistrikan di desa-desa atau bagaimana?" ujarnya.
Lalu, bagaimana tanggapan PLN? Ditemui di kesempatan terpisah, Direktur Regional Bisnis Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero) Djoko Abumanan menyetujui apa yang disampaikan oleh Jonan. Memang yang paling cepat adalah menaikkan subsidi, tetapi tentu akan berdampak pada anggaran pemerintah.
"Ya kalau tidak mau menaikkan subsidi, bisa dengan mengganti pembangkit dengan teknologi super baru dan canggih agar bisa lebih efisien, tapi itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, 100 hari misalnya," ujar Djoko saat dijumpai di kantor PT PLN (Persero) Pusat Pengaturan Beban (P2B) Jawa Bali di Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat, Jumat (12/4/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dengan teknologi tersebut, biaya listrik bisa murah karena ada yang namanya ultra super critical dan kapasitasnya besar. "Dia akan murah, bisa 4,2 sen, itu bisa turunkan harga jual," tambah Djoko.
"Tentu butuh biaya besar untuk mengganti, tapi kan dihitung juga nanti antara investasi dengan saving money, karena teknologi kan berkembang ya, tapi ya sekali lagi, tidak bisa dalam waktu cepat," pungkasnya.
(roy/roy)
Read More
Tidak ada komentar:
Posting Komentar